Hario Cafeor

Sejak 2008, demam produk Hario, terutama pour over, pelbagai kafe di USA dan Eropa serta Asia sedikit banyak mengubah peta dunia penyeduhan kopi. Secara umum, kafe menekankan minuman berdasar espresso. Nah, dengan kehadiran pour over, para penikmat kopi bisa meminum kopi hitam nonespresso. Meski pour over belum menjadi cendawan musim hujan di kafe-kafe Indonesia, bagi para penikmat kopi skala rumah tangga sudah banyak yang melirik cara pour over. Alasannya, selain lebih praktis dan murah, juga ikut melepaskan dahaga penasaran akan berbagai praktik penyeduhan kopi. Di Jakarta, kafe yang menyediakan pour over, sejauh yang kami ketahui, barulah Kopi Javva, lalu disusul Anomali Cafe, Jakarta Coffee House, dan terbaru adalah Monolog Cafe, di luar StarBuck. Di Bandung sendiri, praktis tidak ada, kecuali jika Kopi Kelana bisa dimasukkan ke dalam kategori kafe dalam pengertian orang banyak di Indonesia yang sedikit berbeda dari pengertian umum.

Belakangan, Hario mengeluarkan produk pour over tanpa penggunaan kertas atau paperless, namanya Cafeor. Ada tiga tipe dalam jajaran Cafeor ini, yaitu CFOD-01, CFOD-02, dan CFO. Untuk tipe CFOD-01 didesain untuk penyeduhan 1 gelas saja dan memiliki ukuran kecil serta body penutup pada dripper, sementara CFOD-02 dari rancang bangun dekat dengan dripper V standard, dan CFO merupakan CFOD-02 tapi diintegrasikan dengan carafe atau wadah, seperti Hario Drip Pot, atau mungkin juga Chemex.

Nah, pada catatan berikut kami hendak bercerita mengenai CFOD-02.

Hario Cafeor CFOD-02 dari segi desain cukup memesonakan, dan Hario masih tetap mengusung bentuk V atau kerucutnya dalam urusan dripper. Tapi, berbeda dengan Hario V60, di mana selain kerucut, juga memiliki lubang besar di ujung dripper dan memiliki lekukan yang ikut memengaruhi aliran ekstraksi pada dinding dripper, Hario Cafeor CFOD-02 ini tidak memiliki lubang besar di ujung kerucut, dan pada dinding Cafeor tidak memiliki lekukan standard V60 selain pembatas sekaligus penjepit saringan mikro stainless steel yang memang melekuk dalam bentuk beda dari V60. Nah, saringan stainless steel itulah sebenarnya yang menjadi daya pikat kami akan produk ini.

Hario V60, termasuk dripper pour over secara umum, daya kerjanya sering diributkan pada persoalan minyak kopi. Kertas penyaring yang digunakan V60 oleh sebagian besar kritisi kopi dianggap menghilangkan secara signifikan minyak kopi yang sebenarnya dapat membuat kopi menjadi lebih nikmat dan memunculkan rasa dasar umami. Meski hasil pengekstraksian pour over berbasis kertas membuat kopi menjadi miskin minyak, hasilnya tetap menggembirakan lantaran banyak karakter-karakter kopi yang intensitasnya jadi lebih menguat. Selain itu, hasil keterangan atau cleanness kopi sangat baik jika dibandingkan dengan french press, misalnya.

Hario agaknya menjawab tantangan tersebut dengan meluncurkan seri Cafeor.

Penggunaan Cafeor CFOD-02 hampir semirip dengan V60 di mana masih tetap membutuhkan prainfusi atau pre-infusion selama, yang direkomendasikan oleh Hario, 30 detik. Untuk dari segi penuangan air, Hario tetap menganjurkan menggunakan teko berleher angsa, tentu saja mereka punya produk itu, Hario Buono. Cara penuangannya masih sama, yaitu lahan per lahan, bukan tetes demi tetes, tapi tanpa jeda, sehingga aliran air tidak kencang dan juga tidak lemah, dan disarankan konstan.

Perbedaan utama selain saringan stainlees steel, itu terletak pada bagaimana cara air hasil ekstraksi menetes ke dalam gelas. Jika di V60 tetesan air ekstraksi dihasilkan melalui tekanan terpusat mengerucut dan dengan lekukan dinding kiri-kanan V60 sehingga sisi kiri-kanan ikut membantu tekanan ke arah tengah dan menetes di ujung kertas, sementara di CFOD-02 meski tekanan sama-sama memusar, tetesan tidak berakhir pada satu ujung, melainkan berbagai sisi ujung. Ini menyebabkan waktu ekstraksi CFOD-02 lebih lama dibanding dengan V60. Oleh karena itu, ia dekat juga dekat french press dari segi waktu, perbedaannya CFOD-02 memiliki tekstur pusaran. Hal semacam itu membuat ekstraksi kopi menjadi penuh dalam menarik berbagai elemen yang ada di butiran kopi.

Kami mencoba menggunakan Cafeor CFOD-02 untuk menyeduh Sumatran Gourmet Macehat dari Medan. Kopinya adalah Mandailing. Nah, hasilnya cukup di luar pakem. Dari segi body atau tekstur, misalnya, menjadi medium to fullAcidity atau kesepatan menjadi smooth. Biasanya kami menemukan karakter spicy yang cukup kuat jika menggunakan V60, tapi dengan CFOD-02 malah lebih floral rasa yang kami dapatkan, dalam artian karakter spicy tidak begitu dominan. Dari segi sweetness, Sumatran Gourmet dengan CFOD-02 ini, ia menjadi dominan. Nah, untuk jejak rasa atau aftertaste sayangnya lebih cepat memudar dibanding dengan V60, tapi CFOD-02 meninggalkan jejak rasa lebih lembut dibanding V60. Yang menarik, dari segi kesetimbangan, CFOD-02 lebih sempurna dibanding dengan V60.

Perhatikan pada bagian ujung Cafeor, sistem tetesannya berbeda dengan V60.

Buat kami, Cafeor cukup mengasyikkan untuk mejelajahi karakter kopi, apalagi hal itu lebih membuat kami asyik-masyuk ketika dibandingkan dengan V60. Ke depan akan kami bandingkan dengan Able (Coava Coffee) Kone, yang sama-sama menggunakan stainless steel.

22.06.2011.

07.30-07.55WIB.

Catatan:

Kopi dan alat kopi adalah konteks. Catatan ini perlu dibaca memerhatikan hal tersebut. Dan perlu buru-buru kami sebutkan di sini, dalam sebuah teks, nyaris bisa dipastikan ada yang tertinggal atau terlewatkan untuk disampaikan. Oleh karena itu, catatan kami ini sekadar gambaran untuk berbagi pengalaman, dan ia tidak final sifatnya.

O, iya, rasio bubuk dan air adalah: 12 gram kopi dan 200 ml air. Suhu berkisar di 94-95 derajat. Lokasi di Bandung yang memiliki ketinggian di atas permukaan laut berbeda dengan tempat lain sehingga soal tekanan akan berbeda, dan diseduh pada jam 5 subuh. Teko kami menggunakan Tiamo yang lekukan lehernya berbeda dengan Hario Buono V60. Kopi menggunakan Sumatran Gourmet. Skala bentuk gilingan kurang lebih mendekati butiran garam meja.

 

7 thoughts on “Hario Cafeor

  1. Pingback: Hario Syphon « philocoffeeproject

  2. Pingback: Hario Cafeor | Cikopi

  3. Pingback: COAVA KONE COFFEE FILTER (1) « philocoffeeproject

  4. Pingback: Sendok Kopi, Apa Kabarmu? « philocoffeeproject

  5. Pingback: Kopi Luwak Malabar « philocoffeeproject

  6. Pingback: Hario Syphon

  7. Pingback: Anomali Coffee, Kemang « Philocoffee Project

Leave a comment