Toni Wahid & Cikopi: Titik Balik Geliat Kopi di Indonesia (1)

Terlepas dari kekisruhan maknanya, diskursus mengenai kopi spesial atau specialty coffee di Indonesia terbilang masih muda. Gagasan specialty coffee itu sendiri pun di kalangan pelaku industri dan konsumen kopi masih mengalami penyempitan dan pengembangan makna. Begitu wacana kopi spesial merembes ke dalam benak para pecinta kopi di Indonesia, sebaran informasi akan alat penyeduhan kopi ikut bergulir. Awalnya mesin espresso, lalu disusul dengan french press, syphon, pour over, dll. Nah, salah satu orang penting yang membantu menyebarkan informasi mengenai kopi spesial dan alat terkait penyeduhan kopi, mulai dari alat penyeduh sampai grinder atau penggiling kopi kepada khalayak di Indonesia adalah Toni Wahid melalui blog masyhurnya, Cikopi.

Sama halnya dengan tidak bisa kita menghapus data mengenai Starbuck dan Kapal Api ketika menganalisis peta bisnis kopi di Indonesia, begitu juga dengan Toni Wahid dan Cikopi. Perkembangan geliat kopi kontemporer di Indonesia akan gagal dipahami jika kita mengabaikan keberadaan seorang Toni Wahid dan Cikopi. Dengan kemampuan tekstual Toni Wahid berhasil menyodorkan berita mengenai kopi di blognya dengan sangat apik dan mudah dicerna banyak orang; dengan olah visualnya, Toni Wahid berhasil memesonakan dan menyihir perhatian para pembacanya blognya.

Cikopi menjadi semacam daftar pustaka bagi penikmat kopi, mulai dari pebisnis dan barista/i hingga khalayak pecinta kopi. Nyaris setiap alat terkait penyeduhan kopi yang beredar di Indonesia sudah diulas di dalam Cikopi. Itu membuat Cikopi menjadi garda terdepan mengenai informasi aktual akan kopi. Pendek kata, Cikopi adalah gerbang menuju populerisasi suatu produk dan informasi kegiatan di lingkaran pecinta kopi di sini.

Selain dilirik oleh kalangan awam, Cikopi juga menjadi titik temu para pebisnis dengan konsumen. Sudah banyak pebisnis kopi menjadikan Cikopi sebagai corong atau saluran promosi produk yang mereka jual. Bahkan, dalam perkembangannya Cikopi berhasil menurunkan tulisan mengenai pelaku industri eksportir kopi terbesar di Indonesia. Sebelum ditulis oleh Cikopi, keberadaan mengenai pelaku ekspor tersebut tidaklah begitu diketahui oleh pecinta kopi pada umumnya. Bahkan, pusat penelitian bergengsi seperti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, hanya diketahui oleh segelintir orang, terutama di kalangan pebisnis kopi dan petani. Tapi, sejak Cikopi mengulas sepak terjang mereka, khalayak pecinta kopi pada umumnya sudah mengenal pusat penelitian tersebut.

Karena posisinya yang seperti itu, tidak heran jika Toni Wahid dan Cikopi santer dibicarakan. Toni Wahid sering dipinta untuk menghadiri pembukaan suatu kafe dan pengulasan suatu produk atau perhelatan mengenai kopi. Tanpa disadari, posisi Toni Wahid dengan Cikopi tidak sekadar blogger, melainkan juga jurnalis kopi, terlepas dari status profesi jurnalis itu sendiri. Selain itu, dia juga bisa disebut sebagai kritisi kopi, terutama untuk mesin espresso dan alat pembuat kopi secara umum.

Yang menarik, jika kita memosisikan seorang Toni Wahid dengan Cikopi di tengah jagat kopi spesial di Indonesia, dia seperti lokomotif yang menarik gerbong popularisasi kopi spesial dan alat kopi di Indonesia. Sebelum Cikopi ditulis oleh Toni Wahid, hanya segelintir yang mengetahui hal-hal teperinci di dunia espresso dan alat kopi secara umum. Tentu yang kami maksud segelintir itu kami mengeksklusikan pebisnis kopi, pemilik kafe, barista, dan konsultan kafe.

Betapapun, pada kenyataannya, Cikopi tetap menjadi rujukan para barista. Hal itu menunjukkan bahwa tidak serta merta barista memiliki pengetahuan menjeluk mengenai mesin dan kopi espresso. Jika Anda pernah membaca liputan Toni Wahid mengenai Indonesian Barista Championship (selanjutnya disebut IBC saja) akan mengetahui bahwa banyak hal mendasar yang luput dikuasai oleh barista.

Dari segi petani kopi, kehadiran Cikopi juga memberikan angin segar. Para petani sedikit banyak bisa mengakses informasi soal alat kopi dan mesin espresso dan yang terpenting, petani melalui Cikopi juga bisa mengikuti, meski tidak mendetail, peta bisnis kopi spesial di Indonesia. Belakangan, terutama sejak Toni Wahid meliput Temu Lapang Kopi di Jember, suara serta dinamika dan permasalahan yang melingkupi petani sedikit banyak bisa tergambarkan. Hal itu sungguh menggembirakan lantaran para konsumen kopi yang kurang begitu atau sama sekali belum mengetahui perkembangan petani kopi di Indonesia bisa terbantu untuk memahami lebih lanjut.

Karena alasan semacam itulah kami mengatakan bahwa kehadiran Toni Wahid dengan Cikopi merupakan titik balik mengenai kopi spesial di Indonesia. Toni Wahid bukanlah seorang Barista, pemilik kafe, pebisnis kopi, eksportir kopi, importir alat kopi, Q-Grader, dan profesi kopi lainnya. Dia hanya seorang pekerja yang menjabat sebagai Social Responsbility Manager GAP untuk Asia Tenggara. Meski pekerjaan profesionalnya tidak terkait dengan kopi, melalui Toni Wahidlah seluk-beluk kopi spesial dan alat kopi menjadi populer. Dengan teks dan foto, Toni Wahid mengubah peta perkembangan kopi di Tanah Air.

Betapapun, menulis memang merupakan kemampuan yang jarang dimiliki di kalangan profesional di sini, mulai dari professor yang tak menulis working paper sampai ahli kopi tentu saja. Kami tidak hendak mengatakan bahwa kalangan professional dunia kopi di indonesia tidak melakukan apa-apa. Dan kami tidak menekankan bahwa di Indonesia tidak ada orang pintar akan kopi. Pada kenyataannya kalangan professional dan ahli kopi di Indonesia banyak melakukan hal. Misalnya, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, sudah banyak melakukan kerja-kerja penelitian yang menggembirakan.

Kita juga memiliki seorang Surip Mawardi (peneliti kopi di Puslit Koka), Tuti H. Mochtar (petinggi Asosiasi Kopi Spesial Indonesia), Franky Angkawijaya (pengajar di Esperto Barista Course), Adi W. Taroepratjeka (Q-Grader kritis), Mirza Luqman (Barista terkemuka dari Starbuck Indonesia), Irvan Helmy (penyangrai di Anomali Coffee), Agustinus Keri Tassi (Juara 1 IBC), Christian Heryanto (salah satu dari sedikit orang Indonesia yang membuat dan mengembangkan mesin sangrai), David D. Tanuwidjaja (penyangrai Kopi Bel Canto dan Java Dancer), Andri Gunawan (super-cupper), Chandra Kurnia (pemopuler alat Vietnam Drip di Indonesia), Hendri Kurniawan (konsultan kopi), Kasmito Darma (pemerhati perkembangan Kopi Luwak), Budi Kurniawan (pionir internet retailer alat kopi), Bori Thahir (penyangrai Jakarta Coffee House), Anto “Ireng” Sumarjo (penyangrai Blumchen Coffee) dan banyak lagi. Tapi satu hal, mereka jarang atau bahkan sama sekali belum menulis atau menghasilkan teks untuk khalayak sehingga apa yang mereka ketahui, lakukan, dan raih tidak diketahui oleh banyak orang. Dari kalangan profesional kopi di Indonesia, sejauh ini, yang baru saja meluncurkan buku adalah Edy Panggabean.

Sampai sini, Cikopi dengan segala kelebihan dan keterbatasannya hadir menjembatani hal tersebut. Kecerdasaan dan keluasan pengetahuan yang mendekam di dalam pikiran kita sendiri merupakan memori, belum menjadi pengetahuan atau informasi. Kegiatan yang sudah kita lakukan dalam ikhtiar memajukan dunia kopi di Indonesia tanpa ada yang mendokumentasikan tidak akan pernah menjadi peristiwa yang diketahui orang banyak dan dikenang.

Di Indonesia ada penyangrai atau roaster bagus; Q-Grader yang tidak kalah hebat dengan Q-Grader dari negeri lain; konsultan kopi yang andal; peneliti kopi terkemuka; pembuat mesin sangrai kopi; dll. Tapi, informasi seputar kopi spesial dan alat kopi serta kegiatan kalangan profesional tersebut terpopulerkan melalui seorang Toni Wahid, yang notabene kalangan umum, bukan profesional, dari dunia kopi. Oleh karena itu, beruntunglah negeri salah satu penghasil kopi terbesar ini dilengkapi oleh seorang Toni Wahid. Tanpa Toni Wahid sedikit sekali yang mengetahui nama-nama profesional yang sudah kami sebutkan sebelumnya.

Bagi kami Toni Wahid dan Cikopi merupakan monumen. Melalui dua hal itu, perkembangan kopi di Indonesia sedikit banyak tertoreh.

Catatan:

Pada tulisan selanjutnya, kami akan memuat wawancara kami dengan Toni Wahid.

17 thoughts on “Toni Wahid & Cikopi: Titik Balik Geliat Kopi di Indonesia (1)

  1. This is truly one of the best appreciation about my blog and myself as its writer.
    I humbly thank you for this witty writing and let us continue our coffee journey …
    My best,
    Toni Wahid

    Like

  2. Ulasan yang sangat bagus dari sekelompok orang yang sangat menghargai dunia kopi di indonesia,totally agree toni wahid is one of the engine to grow a greatness indonesian coffee culture. highly appreciated bro..keep your good work

    Best regard,
    mirzaluqman

    Like

  3. saya tidak kenal langsung siapa Toni Wahid. Tapi saya kenal beliau lewat bahasannya tentang kopi hingga mesin espresso. Sebelum menjadi barista, saya banyak membaca tulisan Pak Toni Wahid yang saya cari leawat internet dari pedalaman Aceh sana. Apa yang sudah ditulis Pak Toni Wahid, membuat saya banyak tahu tentang mesin kopi khususnya espresso. Tulisan beliau menjadi salah satu dasar menambah keyakinan saya untuk terjun bebas masuk ke dunia kopi. Saya mulai dari paling hilir, air kopi yang dihasilkan mesin espresso. Dan Insya Allah saya akan bergerak ke hulu karena Takengon, Aceh Tengah merupakan Kabupaten Kopi terbesar di Sumatera penghasil kopi arabika. Baik specialty atau bukan yang kini ditambah dengan specialty lainnya, Kopi konservasi. Terima kasih Pak Wahid, tetaplah berkarrya demi potensi SDA yang besar Bangsa ini. Salam dan Salute

    Like

  4. Thx pak buat cikopinya.. Banyak ilmu yang saya dapat
    Blog cikopi menggambarkan sosok Pak Toni wahid,
    terus bekarya pak ,jadi bahan informasi untuk kita semua

    sukses terus buat semua, special for cikopi.com

    Tertanda
    abud
    D…….
    Coffee bar

    Like

Leave a comment