AeroPress: Alat Kopi Kontroversial

Jika kita mengikuti cerita di balik tercetusnya gagasan akan pembuatan alat kopi, maka kita akan menemukan jalinan antara rasa penasaran dan kreativitas–termasuk seni di dalamnya. Alat kopi adalah artefak yang menyimpan dimensi kognitif suatu orang atau masyarakat. Itulah mengapa suatu alat kopi biasanya identik dengan suatu kultur. Sebut saja espresso dengan Italia, turkish coffee dengan Arab. Meski kadang suatu alat tidak berasal dari negeri asalnya, asal dalam artian pertama kali ia tercetus, tapi jika alat tersebut mandeg perkembangannya, maka pengidentifikasian suatu alat tersebut dengan kultur tertentu bisa berpindah. Itu bisa kita lihat dengan syphon yang belakangan identik dengan Jepang. Meski syphon aslinya bukan dari Jepang, tapi syphon di sana dikembangkan sedemikian rupa, bahkan dijadikan ajang lomba bergengsi. Jepang bisa dibilang di mana syphon dikreasikan dengan penuh daya cipta. Kita bisa lihat bagaimana perusahaan Hario dalam merancang syphon yang anggun tersebut. Sampai sini, kita tidak akan gagal menangkap keterkaitan alat kopi dengan kognitif, baik itu rasa penasaran maupun kreativitas.

Alan Adler, salah seorang ilmuwan dari Universitas Stanford, beberapa tahun lalu menciptakan alat kopi bernama AeroPress. Alat kopi yang mengandalkan tekanan pada proses ekstraksinya dan menggunakan penyaring berbasis kertas. AeroPress sempat menghebohkan jagat perkopian, bahkan hingga sekarang, lantaran klaim manufaktur tersebut, yaitu AeroPress sebagai alat pembuat espresso. Sontak saja di pelbagai forum kopi perdebatan segera digelar.

Meski banyak ditentang, bahkan Sweet Maria menyebutnya sebagai hal yang memalukan, AlanAdler mempertahankan tesisnya tersebut, salah satunya dia berpegang pada pandangan bahwa AeroPress adalah gaya atau cara baru dalam menyeduh espresso. Meski begitu, AeroPress cukup bagus penjualannya. Tidak kurang, bahkan alat tersebut memiliki kompetisi tersendiri yang dinilai oleh sebagain pengamat sebagai hal bergengsi.

AeroPress sepintas lalu memang sederhana, namun mampu menghasilkan kopi yang baik, terutama bagi pecinta kopi yang mendambakan kopi mendekati karakter espresso. Meski AeroPress bukanlah alat pembuat espresso standard, paling tidak, karakter kopi yang dihasilkannya cukup menjanjikan dan bisa menjadi alternatif bagi pecinta kopi yang belum mampu membeli mesin espresso standard yang harganya bisa belasan dan puluhan juta.

Cara pemakaian alat ini sedikit mengingatkan kita dengan French Press, yaitu dengan menekan plunger. Dan, harus diakui, mirip dengan suntikan 😀 Terdiri dari beberapa bagian: 1) chamber; 2) plunger; 3) cap dan kertas penyaring. Itu tiga komponen utama dari AeroPress, sisanya adalah pelengkap, seperti Corong dan Pengaduk.

AeroPress adalah satu-satunya alat yang sudah banyak memecahkah gelas loh 🙂

Kelebihan alat ini dibanding dengan alat kopi rumahan lainnya adalah segi otak-atik dalam proses pembuatan kopi. Meski AeroPress menyertakan manual pemakaian standard mereka, kita tetap bebas berkreasi dan berinovasi dalam penggunaanya: mulai dari metode terbalik hingga Coava Disk. Itulah mengapa, meski AeroPress didebatkan, tetap mendapatkan ulasan positif dan banyak digunakan.

Tertarik menggunakannya?

 

5 thoughts on “AeroPress: Alat Kopi Kontroversial

  1. Pingback: COAVA KONE COFFEE FILTER (1) « philocoffeeproject

  2. Pingback: Ada Kopi di Luar Espresso « philocoffeeproject

  3. Pingback: Sendok Kopi, Apa Kabarmu? « philocoffeeproject

  4. Pingback: Kopi Kelana & Metacoffee: Philocoffee Project « philocoffeeproject

  5. Pingback: [Video] Membuat Kopi dengan AeroPress « Philocoffee Project

Leave a comment